20th Century Girl: Antara Cinta dan Persahabatan

Enyah Resah
3 min readDec 20, 2023

--

Poster ‘20th Century Girl’, from Wikipedia

Kisah cinta merupakan salah satu warna paling dinanti menghiasai masa SMA (Sekolah Menengah Atas). Kata beberapa orang, perjalanan remaja tanpa romansa bagaikan masakan tanpa garam: hambar. Tak jarang, rasa ini hadir dari sebuah pandangan pertama tak terduga. Begitulah perasaan jatuh hati yang pertama kali dirasakan Yeon-doo kepada sosok pemuda seusianya dengan pakaian SMA berlabel nama ‘Hyun-jin’.

Dengan bersemangat, Yeon-doo— seorang gadis yang baru saja lulus SMP dan sebentar lagi hendak memasuki masa SMA — menceritakan hal ini kepada sahabat dekatnya, Bo-ra. Sebagai sahabat yang baik, mengetahui temannya akan pergi ke luar negeri untuk melakukan operasi jantung selama beberapa bulan, ia berjanji akan mencari tahu segala hal dan memberitahu setiap update tentang Hyun-jin kepada sahabatnya. Aksi dan segala informasi yang didapat disampaikan melalui e-mail antara dirinya dan Yeon-doo.

Berbekal sebuah nama, Bo-ra memulai masa SMA-nya dengan menjadi stalker Hyun-jin. Kesehariannya ia habiskan untuk mengamati dan menggali informasi tentangnya. Mengetahui ia memiliki sahabat dekat bernama Woon-ho, Bo-ra memiliki ide baru untuk mendekatinya demi mendapat informasi yang lebih detail. Kedekatan ini justru membawanya pada perasaan berdebar sekaligus dihampiri sejuta kupu-kupu. Ya, jatuh cinta.

Dengan latar belakang SMA, kisah ini dibawakan dengan ringan, menceritakan kehidupan anak-anak SMA pada umumnya, membuat penonton — yang sudah ‘melepas’ masa SMA-nya akan ikut bernostalgia dan tanpa sadar tersenyum pada beberapa adegan ‘manis’. Segala aktivitas remaja pada umumnya digambarkan dengan sangat mengalir, mulai dari tidak fokus memperhatikan guru di kelas karena terlalu asyik mengamati crush yang tengah bermain sepak bola di lapangan sekolah, berdusta pada guru demi menemui sang kekasih hati, membuat janji menonton bersama, dan masih banyak lagi.

Dari film ini aku belajar untuk menjadi lebih terbuka, apalagi kepada sahabat, khususnya ia yang telah menjadi amat teramat dekat bagaikan saudara. Sebuah kesalahpahaman mungkin saja terjadi, kesalahan penerimaan informasi bukanlah hal yang dapat dielakkan. Meski demikian, menghadapinya dengan kepala dingin dan pikiran terbuka merupakan kunci untuk mendapatkan jalan keluar secepatnya. Tak jarang, waktu merupakan teman terbaik bagi seluruh pihak terlibat untuk memberi ruang bagi diri sendiri mencerna segala fakta dan mencoba berempati kepada orang lain.

Di sisi lain, cinta bukanlah rasa yang bisa dipaksakan, ia dapat hadir begitu saja tanpa aba-aba: entah dari pandangan pertama atau kedekatan tanpa henti. Meski demikian, tak menutup kemungkinan cinta bertepuk sebelah tangan. Dengan usia yang masih menginjak belasan tahun — atau masih pada awal usia 20-tahunan — tak sebaiknya kita berlarut terlalu dalam pada perasaan patah hati. Cepat atau lambat, kita harus kembali membuka hati dan memulai awal baru, serta mungkin mengizinkan orang lain hadir mengetuk hati kita.

Selain itu, peliknya cinta dan hubungan di antaranya tak jarang menjadi suatu momok pecahnya sebuah persahabatan. Cinta menjadi menyenangkan apabila tidak ditujukan pada orang yang sama. Sebaliknya, rasa kesal bisa jadi memuakkan hati ketika yang terjadi tak sesuai harapan. Namun, persahabatan tak boleh terputus begitu saja hanya karena masalah ‘sepele’ — cinta. Alangkah baiknya kita bisa memandang suatu persoalan dari sudut pandang orang lain, menempatkan diri sebagai orang tersebut sehingga pertikaian tak perlu melebar terlalu jauh dan persahabatan dapat terus dipertahankan dalam kurun lama.

--

--

Enyah Resah
Enyah Resah

Written by Enyah Resah

Tulis, tulis, tulis! Apapun, demi mengurai pikiran-pikiran yang tak jemu menghantui hari-hari sunyi.

No responses yet