Ambang Tenang

Enyah Resah
2 min readAug 14, 2023

--

From Unsplash

Setiap insan di dunia pernah mengalami masa terpuruk. Definisi ‘terpuruk’ itu sendiri tak dapat disamaratakan. Setiap orang memaknainya dengan cara berbeda. Tak ada yang salah, pun tak ada yang benar-benar sempurna.

Manusia — dengan hati kecil yang tak mampu berbohong — umumnya memiliki naluri untuk menenangkan teman, sahabat, keluarga, atau bahkan orang asing ketika orang-orang tersebut menunjukkan tanda-tanda kegelisahan, kecemasan, atau mungkin seolah berada pada ambang ‘kehancuran’.

Pada beberapa situasi, kalimat penenang merupakan senjata ampuh untuk membuat isi pikiran kacau balau kembali tertata, berhasil membantu sang empu kembali mengambil kendali segala. Namun, tak semuanya demikian. Ada beberapa anomali yang bisa saja terjadi.

Satu dua kalimat penenang bisa jadi dianggap angin lalu — seolah kebal menerima kalimat-kalimat bermakna demikian tanpa memberi dampak signifikan. Di titik tertentu, kalimat tersebut justru seolah menjadi pemicu terbukanya pintu yang sudah lama digunakan untuk menahan segala pilu. Pintu sebuah ruangan yang jauh lebih berantakan dari kapal pecah.

Bukan salah mereka yang berusaha menghibur. Hanya saja, kontradiksi ini nyata adanya. Semakin banyak kalimat tersebut dilontarkan, semakin disadari kalimat itu seolah bernada seperti lagu Nina Bobo. Kalimat fiksi sebagai penghibur semata, tak lagi mampu menguatkan hati, jiwa, dan pikiran yang lemah.

Terkadang, tak perlu kata-kata untuk membuat situasi kembali membaik. Hanya perlu waktu. Waktu yang akan membuat insan tersebut dapat sepenuhnya berdamai dengan diri sendiri, berdamai dengan masa lalu. Hanya perlu ikhlas, rela melepas segala ingin dan angan yang tak dapat terwujud. Hanya perlu sebuah senyum, sebagai penguat kembali menapaki anak-anak tangga menuju kejutan kecil dari Sang Kuasa.

Oleh karenanya, saat dirimu sedang berada di ambang ketenangan — saat dirimu berusaha menenangkan diri atas situasi yang terkesan ‘berantakan’ atau membingungkan, duduklah sejenak. Bisa jadi kamu perlu seseorang untuk bersandar. Bisa jadi pula kamu hanya butuh waktu untuk mendengarkan keluhmu sendiri. Hanya itu. Cukup.

--

--

Enyah Resah
Enyah Resah

Written by Enyah Resah

Tulis, tulis, tulis! Apapun, demi mengurai pikiran-pikiran yang tak jemu menghantui hari-hari sunyi.

No responses yet