Coach Carter: Disiplin, Disiplin, Juara!
Belasan kemenangan berturut turut merupakan hal langka bagi tim basket SMA Richmond tempo hari lalu. Namun, kemenangan merupakan hal biasa bagi mereka saat ini, sejak mereka membuka mata dan menjadi lebih disiplin di bawah naungan Coach Carter — Ken Carter, seorang pebasket andal alumni SMA tersebut. Awalnya, ia sempat menolak menerima tawaran menjadi pelatih, tetapi melihat potensi dan banyak aspek yang bisa diperbaiki dari tim tersebut, ia bertekad mengambil tanggung jawab sebagai seorang pelatih dengan beberapa syarat.
Syarat yang diajukan terbilang unik, sangat berbeda dengan pelatih basket kebanyakan. Carter menginginkan kehidupan seimbang bagi anak didiknya, ia ingin selain bersinar dalam dunia atletik (olahraga basket), mereka mampu menuntaskan tanggung jawab sebagai seorang pelajar. Mulanya, kesepakatan ini menimbulkan pro dan kontra, tak hanya dari para murid itu sendiri, melainkan juga para orang tua. Mereka menganggap putra dan putri mereka memilih fokus pada basket karena pada bidang inilah mereka dapat memaksimalkan potensi sehingga mustahil bagi mereka menyanggupi persyaratan yang diberikan. Namun, Carter memiliki pandangan berbeda.
Tim basket SMA Richmond yang semula bermain tanpa taktik jelas, sangat mudah tersulut emosi, pun berlatih secara “asal-asalan” dengan minim respect kepada satu sama lain, kini mampu menjadi tim yang jauh lebih unggul dan kuat. Carter berhasil membentuk mereka menjadi pemuda tangguh dengan kepribadian baik dan daya tahan fisik maksimal. Namun, pencapaian ini tak berjalan mulus begitu saja, ada banyak pasang surut di tengah perjalanan transisi dari kebiasaan-kebiasan buruk menjadi kebiasaan-kebiasaan baik, menjadikannya bagian dari diri tiap individu.
Dengan karakter sang pelatih yang begitu tegas dan disiplin, perubahan karakter tiap individu dalam tim tersebut dapat terelevasi semakin cepat. Meski demikian, perubahan ini terkesan natural, tidak terlihat seolah dibuat-buat. Tiap individu tak hanya digambarkan sebagai ‘pion’ dalam tim, melainkan film ini juga menunjukkan sisi lain mereka, kehidupan beberapa di antaranya. Hal ini membuat penonton semakin berempati terhadap tiap karakter. Selain itu, pemilihan masalah yang diangkat pun begitu realistis sehingga penonton merasa relate dengan apa yang dialami para tokoh.
Film ini mengajarkan kita agar berani berubah untuk dapat menciptakan perubahan. Hal ini dapat dimulai dengan melakukan perubahan-perubahan kebiasaan kecil, mendisiplinkan diri, dan menanamkan mindset seorang juara. Di sisi lain, aku kagum dengan pemikiran Coach Carter, tujuannya melatih para pebasket bukanlah untuk menjadi seorang pemenang berturut-turut, melainkan justru akhirnya kembali merasakan kekalahan sehingga mereka dapat mengambil pelajaran secara langsung, memperoleh dan mendalami makna berbeda.
Tak hanya itu, penonton dibuat sadar dengan keadaan yang tidak mungkin berubah apabila individu di dalamnya tidak bertekad kuat melakukan perubahan. Di sisi lain, perubahan memang bukanlah perkara mudah, ada banyak hal yang perlu dikorbankan, memiliki prioritas merupakan hal yang penting. Namun, meski berfokus menggali potensi diri, kita tidak boleh melupakan tanggung jawab kita sebagai pelajar. Selain itu, berbagai masalah — bahkan masalah terkompleks sekalipun — dapat diselesaikan perlahan-lahan dengan terlebih dahulu mengurainya melalui komunikasi.
Keajaiban bisa saja terjadi, asal kita memberikan kepercayaan penuh terhadapnya, asal kita mau menyelami peran dan menyematkan identitas “baru” kita sebagai seseorang yang layak menerima keajaiban tersebut, sebagai seorang juara. Setiap orang memiliki kesempatan yang sama, setiap orang layak meraih kesuksesan. Meski demikian, pencapaian demi pencapaian tidak boleh membuat kita terlalu nyaman berada di zona nyaman. Sebaliknya, hal ini sebaiknya mampu mendorong kita untuk terus berjalan maju, melangkah lebih jauh dan mewujudkan mimpi yang lebih besar.