Day 10: Indahnya Dunia
“5 hal yang kamu suka di dunia ini”
Belakangan ini, aku mencoba mendorong diri agar mengucapkan ‘indahnya dunia’ lebih sering. Syukur-syukur kalimat sederhana ini bisa menjadi ‘mantra’ penarik datangnya kebahagiaan-kebahagiaan dalam hidupku yang mampu menciptakan keindahan dalam ‘dunia’-ku. Benar saja, setiap harinya, setidaknya selalu saja ada satu hal kecil yang mampu membuatku tersenyum. Berikut beberapa hal umum yang aku sukai di dunia.
- Pagi hari. Pada masanya, aku menolak bahwa aku merupakan seorang morning person. Aku merasa lebih cocok berkonsentrasi menyelesaikan tugas pada malam hari, ditemani heningnya malam yang mampu membantuku menjaga fokus. Namun, seiring pertambahan usia, aku menyadari betapa buruknya kebiasaan tersebut bagi kesehatan. Sebaliknya, pandanganku terbuka menyadari betapa indahnya dunia pada pagi hari, tak ada aspek yang perlu ditakuti berlebih (ex: kejahatan), pun dengan segala atribut pengisi pagi hari, seperti transisi warna langit menarik, kicauan burung yang merdu, hingga udara yang masih terasa ‘bersih’, belum teracuni polusi dan berbagai asap ‘mematikan’ lain. Oleh karena itu, kini aku sangat menyukai pagi hari, khususnya ketika aku berkesempatan menikmati pagi hari di luar ruangan, bersinggungan langsung dengan alam terbuka.
- Buah mangga. Dari kecil, aku begitu bersemangat ketika bapak pulang berpergian membawa sekantong buah mangga. Selain itu, aku menjadi semakin bahagia apabila bapak mengupas mangga dan membentuknya seperti kura-kura (if you know what I mean) sembari menceritakan sebuah dongeng. Tak hanya itu, sesederhana dibawakan ibu sepiring kecil berisi beberapa potongan mangga dingin yang baru keluar dari kulkas bisa membuat senyumku awet seharian. Buah ini merupakan buah ‘terlaris’ di rumah, keberadaannya menjadi magnet bagi seluruh penghuni rumah. Selain karena rasanya yang manis dan tekstur yang mudah dikunyah, kesegaran yang diberikan saat dan setelah memakan buah ini tak dapat dilupakan. Jika terus-menerus diminta memakan hanya satu jenis buah di dunia, aku akan memilih mangga sebagai jawabannya.
- Budaya senyum. Aspek ini merupakan salah satu hal yang membuatku bangga menjadi orang Indonesia. Sesederhana tanpa sengaja berpapasan dan berkontak mata dengan ibu-ibu di pasar, kemudian saling melempar senyum, aku bisa merasakan ada kebahagiaan mendarat dalam hatiku, bersemayam sementara waktu dan membuat mood-ku naik secara ajaib. Tak hanya itu, melihat pejalan kaki atau sembarang orang yang memasang senyum di wajahnya dalam beraktivitas, menunjukkan betapa enjoy mereka menjalani kegiatannya, rasanya keceriaan tersebut turut terpancar kepada orang-orang di sekitarnya, berbagi energi positif tanpa disadari.
- Hewan dan tumbuhan. Memang terkesan agak random memasukkan poin ini ke dalam daftar. Tanpa sadar, terkadang aku melamun beberapa waktu mengamati hewan dan tumbuhan di sekitarku, memperhatikan cara mereka bergerak atau makan membuat rasa penasaranku kembali bangkit. Selain itu, tingkah ‘aneh’ yang tak jarang ditunjukkan hewan, serta rasa damai yang tercipta ketika memandangi pemandangan, termasuk tumbuhan-tumbuhan memberi ruang kebahagiaan baru dalam diriku.
- Keberagaman. Selain karena poin ke-3, aspek ini turut menjadi alasan di balik ungkapan syukurku dilahirkan sebagai orang Indonesia. Aku sungguh merasa takjub dengan banyaknya keberagaman di negara ini. Mulai dari keberagaman budaya, profesi, preferensi, bahkan hingga kepercayaan. Meski demikian, keberagaman itu hadir dalam masyarakat bukan sebagai pembeda atau pemecah belah, melainkan sebagai komponen yang saling melengkapi, menuntut masyarakat saling berkolaborasi mencapai tujuan bersama, mengembangkan diri bersama-sama menuju versi terbaik diri. Tak hanya itu, lingkungan keberagaman yang saling mendukung juga mampu membuatku merasa aman, nyaman, dan bahagia menjalani hidup di tengah keberagaman ini.
Selain kelima poin di atas, sebenarnya masih banyak hal di dunia ini yang aku sukai. Bahkan, hampir tak ada hal yang kubenci. Namun, jika harus dituangkan semua dalam tulisan ini, bisa-bisa aku tidak tidur berabad-abad. Ya, memang pernyataan barusan sekadar parabola, tetapi aku tak bercanda mengatakan begitu banyaknya hal yang kusukai di dunia ini. Justru aku berusaha menyukai apa yang kupunya dan apa yang tersedia di alam/ditunjukkan dunia kepadaku. Dengan demikian, aku dapat menjalani hari-hariku dengan begitu ringan, seolah tanpa beban. Hal ini tentunya dapat memacu terciptanya kebahagiaan berkelanjutan.