Day 7: Pengiris Hati
“5 hal yang membuatmu sedih”
Sedih sering diartikan sebagai emosi negatif yang berusaha mati-matian diusir dari kehidupan. Namun, dari sudut pandangku, setelah membaca beberapa referensi dan melakukan refleksi dari beberapa pengalaman, rasa sedih hadir tak hanya untuk memicu rasa sakit dalam diri, melainkan juga sebagai pengingat untuk tak menyelami emosi secara berlebih, pun membuat rasa bahagia lebih indah dinikmati.
Tak bisa dipungkiri, rasa sedih bisa tiba-tiba datang tanpa alasan. Di sisi lain, beberapa faktor seringkali menjadi alasan utama di balik kedatangannya. Di antara faktor tersebut — bagiku — meliputi:
- Hilang kontak. Memiliki hubungan kedekatan dengan seseorang atau sekelompok orang merupakan hal yang menyenangkan, mampu memberi rasa nyaman dan kehangatan tersendiri. Hari-hari yang dilalui bersama mereka pastilah memberi makna tersendiri, memiliki ruang spesial dalam album memori. Namun, apabila keadaan memaksa interaksi yang terjadi semakin jarang, bahkan hingga hilang kontak, hal ini mampu menimbulkan kesedihan dengan level berbeda. Semakin dekat hubungan yang terjalin sebelumnya, semakin sedih efek yang diberikan, pun sebaliknya.
- Jauh dari-Nya. Tak bisa dipungkiri, sebagai seorang muslim, dekat kepada-Nya (Allah SWT) merupakan suatu kebutuhan. Sama halnya dengan sholat wajib tepat waktu. Tak seharusnya aku menunda-nunda pelaksanaannya dan mengesampingkannya akibat memprioritaskan hal-hal duniawi. Semakin jauh dari-Nya, kurasakan ada hal berbeda dalam keseharianku, mulai dari hati tak tenang, hingga urusan yang rasanya tak kunjung beres. Selain itu, tak jarang kesedihan datang secara tiba-tiba tanpa alasan jelas, seolah merupakan “kode” dari-Nya agar aku segera sadar dan kembali mendekat kepada-Nya.
- Berkebalikan dari ekspektasi. Meski telah berusaha semaksimal mungkin mengusir segala ekspektasi, sebagai manusia, wajar ekspektasi hadir mengiringi setiap usaha. Realita tak seindah ekspektasi sudahlah biasa, tetapi apabila terlalu berbeda jauh, bahkan cenderung berbanding terbalik, hal ini menimbulkan celah kesedihan lain. Tak menutup kemungkinan rasanya sebelas dua belas dengan patah hati.
- Mengecewakan orang lain. Tak hanya diri sendiri, orang lain tak jarang memiliki ekspektasi terhadap kita, khususnya pada suatu tim. Ketika telah diberi suatu kepercayaan, aku akan berusaha menjaganya. Sayangnya, terkadang aku belum cukup mumpuni untuk menanggung kepercayaan tersebut sehingga aku cenderung mengecewakan orang lain. Meski orang-orang di sekitarku menenangkanku dengan mengatakan “tidak apa-apa”, tetap saja dalam diriku rasanya ada suatu kesedihan baru muncul.
- Membatasi diri berlebih, takut tak karuan. Lawan terbesar bukanlah orang lain, melainkan diri sendiri. Kalimat ini benar adanya. Salah satu faktor terberat yang menggagalkan rencana pribadi adalah batas yang dibuat oleh diri sendiri. Istilah ini dikenal sebagai limiting beliefs. Umumnya, hal ini tanpa disadari terjadi karena aku terlalu takut menghadapi apa yang akan terwujud kelak, aku tak berani menghadapi kenyataan. Pada akhirnya, aku sendirilah yang lagi-lagi merasa sedih karena keputusan yang kuambil sendiri.
Meski demikian, aku tak membenci faktor-faktor tersebut. Aku berusaha mencari arti dari setiap kejadian, menyingkap makna dan pelajaran yang bisa aku gunakan sebagai pijakan untuk berjalan lebih dekat menuju mimpiku, serta sebagai kesempatan mengevaluasi diri. Ke depannya, semoga aku bisa menyikapi rasa sedih dengan lebih bijak, salah satunya dengan memiliki kemampuan regulasi emosi yang baik, Aamiin!