Jalan Kaki
Sebuah anugerah sederhana adalah memiliki kaki sempurna yang cukup sehat untuk menopang tubuh dan membawanya berkelana. Sedikit cerita, saat aku berusia 3 bulan, terjadi sebuah kecelakaan. Saat imunisasi, pihak medis melakukan kecerobohan, tepatnya memberikan dosis bayi berusia 6 bulan untukku.
Jarak antara angka 3 dan 6 mungkin terkesan sangat singkat. Namun, berbeda kasusnya pada kesalahan fatal kala itu. Pada saat bayi-bayi lain mulai dapat berjalan, aku bahkan tak sanggup menopang kepala sendiri, aku tak mampu mendongakkan kepala. Leherku kala itu benar-benar lemas, selayu tangkai bunga yang lama diabaikan sang pemilik.
Bahkan, doketer memvonis diriku lumpuh seumur hidup. Berita ini bagaikan petir di siang bolong bagi kedua orang tuaku. Satu-satunya buah hati yang mereka miliki dengan penuh perjuangan dalam proses kelahirannya divonis demikian bukanlah hal yang mudah bagi mereka. Setiap hari ibuku memanjatkan doa kepada Sang Kuasa untuk memberikan jalan bagi kami, untuk menunjukkan keajaiban-Nya, memberiku masa depan yang lebih cerah.
Syukurnya, doa tulus seorang ibu terwujud. Sang Pencipta benar-benar menunjukkan kuasa dan keajaiban-Nya. Tanpa proses medis secara lanjut, melainkan hanya dengan perawatan mandiri di rumah sembari terus memborbardir diriku dengan cinta dan kasih sayang kedua orang tua, akhirnya aku tumbuh sebagaimana anak-anak normal seusiaku. Bahkan, aku dapat membaca dengan lancar lebih cepat dari anak-anak pada umumnya.
Dari sini, aku benar-benar menyadari betapa besarnya kuasa Allah SWT. Ia akan mengabulkan permintaan hamba-Nya yang bersungguh-sungguh memohon pertolongan, Ia tak akan membiarkan hamba-Nya seorang diri. Di sisi lain, aku benar-benar ingin terus mensyukuri kejadian ini dengan berusaha untuk terus berjalan kaki ke manapun aku pergi — semampuku. Sesederhana berangkat dari kos ke kampus dan kembali lagi dari kampus ke kos.
Selain itu, ada perasaan bahagia yang sering muncul dalam diriku pada pertengahan jalan. Perasaan itu sungguh aneh, aku merasa sangat lega, senyumku rasanya tak mampu kutahan mengembang, aku benar-benar merasa seperti orang paling bahagia di dunia ini. Tak hanya itu, dengan berjalan, aku bisa melihat detail di sekitarku dengan lebih santai. Tingkat awareness-ku terhadap sekitar menjadi lebih tinggi.
Aku sungguh menyukai jalan kaki. Aku benar-benar merasa patah hati ketika kakiku tanpa sengaja terkilir atau terluka sehingga membuatku sulit melangkahkan kaki seperti biasa. Untungnya, hal tersebut biasanya tak berlangusng lama, setidaknya kurang dari seminggu sehingga aku bisa segera kembali menikmati damai dan bahagianya berjalan kaki ke sana dan kemari.
Bahkan, aku benar-benar menikmati setiap perjalanan yang kulakukan dengan berjalan kaki di kota perantauan ini, baik seorang diri maupun bersama teman. Akhirnya, mimpi kecilku ini dapat terwujud. Dahulu, saat masih tinggal serumah dengan orang tua, aku tak pernah dibolehkan berjalan kaki sendirian — takut diculik katanya. Jadi, bisa berjalan kaki sendirian sembari me time ini sungguh aku syukuri sedalam-dalamnya.