Kupu-Kupu

Enyah Resah
2 min readMay 30, 2023

--

Kupu-Kupu, from Unsplash

Kupu-kupu itu lucu, ya. Tak hanya kupu-kupu sungguhan yang kerap kali menyapa saat kupijakkan kaki di sebuah taman bunga, kupu-kupu ‘lain’ pun tak jarang menggelitik dan memberi sejuta rasa yang tak dapat kujelaskan.

Mengapa, ya, keduanya sama-sama mampu membentuk sebuah senyuman dan memunculkan rasa bahagia? Corak indah dan variatif pada sayap mungil yang terlihat ringkih itu sungguh memanjakan mata, belum lagi dengan caranya terbang yang tampak begitu elegan.

Sejujurnya, aku belum mengetahui betul apa tujuanku membuat tulisan ini. Entah membahas kupu-kupu dalam makna sebenarnya atau membahas rasa yang seolah membuat jutaan kupu-kupu beterbangan dalam perutku. Rasanya keinginanku untuk membahas keduanya dalam waktu bersamaan sama-sama besar.

Aku sungguh penasaran, sebenarnya dari mana, sih, kupu-kupu ini datang? Dari mana mereka mengetahui alamat menuju perutku? Dari mana mereka mendapat sinyal yang tepat untuk mulai mencanangkan aksi mereka, memberi rasa ‘aneh’ dalam diriku? Momen tepat seperti apa yang mereka tunggu untuk tiba-tiba muncul dan menghilang begitu saja?

Perasaan itu memang tak salah, aku bukan sedang ingin menyudutkan kupu-kupu itu. Hanya saja, mengapa mereka datang bersamaan dengan dorongan untuk terus tersenyum?! Tidak mengapa apabila dorongan itu hadir saat aku sedang berada di dalam kamarku seorang diri. Namun, sangat haruskah rasa itu hadir saat aku sedang berhadapan dengannya?

Oke, aku akui, aku pun tak paham mengapa tiba-tiba ia selalu terlihat atraktif di mataku. Padahal, dahulu ia terlihat biasa saja, kok. Sungguh. Sekarang, rasanya hal-hal ‘manis’ begitu mudah dirasa dari adanya interaksi-interaksi kecil antara diriku dengannya. Memangnya hidup bisa seajaib dan begitu tiba-tiba seperti ini, ya?

Ngomong-ngomong, aku jadi sedikit merindukan kupu-kupu yang sering kutemui dalam perjalananku menuju kampus pada semester 2. Saat itu, gerbang belakang kampus belum dibuka sehingga mau tak mau aku harus berjalan lebih jauh untuk sampai ke gerbang depan. Atau, besok aku iseng berjalan-jalan melintasi jalan itu kembali, ya? Syukur-syukur hal tersebut mampu membuatku menyingkirkan bayang-bayang dirinya dalam kepalaku.

--

--

Enyah Resah
Enyah Resah

Written by Enyah Resah

Tulis, tulis, tulis! Apapun, demi mengurai pikiran-pikiran yang tak jemu menghantui hari-hari sunyi.

No responses yet