Love the Way You Are: Mencintai Tanpa Syarat, Tanpa Sengaja

Enyah Resah
3 min readJan 3, 2024

--

Poster ‘Love the Way You Are’, from IMDb

Dipaksa belajar merupakan hal paling menyebalkan, berbanding terbalik dengan melakukannya secara sukarela: mampu menikmati setiap proses. Namun, titah orang tua tak bisa dibantah. Sebuah instruksi dari mereka menjadi bahan bakar terampuh penggerak diri belajar semalam suntuk. Sama halnya dengan Zhou Lin Lin, seorang siswi SMA yang tanpa henti diingatkan supaya rajin belajar. Tak memberi iming-iming hadiah, ibu Linlin melempar syarat berbeda: meminta Linlin berhenti belajar hanya ketika tetangganya, Fang Yuke — seorang teman satu sekolahnya dengan segudang prestasi — telah menyudahi sesi belajar.

Berbekal dorongan ekstrinsik tersebut, Linlin bersusah payah berjaga semalaman menyerap materi-materi buku ajar sembari sesekali mengintip jendela kamar tetangga dari kejauhan, berharap sang empu telah mematikan lampu kamar sehingga Linlin bisa berhenti belajar. Hal ini terus dilakukan berulang. Tanpa sadar, kebencian muncul dalam benak Linlin, membuatnya menyusun rencana agar Yuke tak betah berlama-lama belajar di dalam kamarnya. Dari sini, interaksi di antara keduanya semakin menarik.

Bertetangga sedari kecil tanpa pernah bertegur sapa rupanya tak membuat keduanya merasa kikuk ketika harus terlibat banyak interaksi. Komunikasi di antara mereka berjalan lancar. Yuke yang cenderung kaku menjadi lebih terbuka dengan pembawaan Linlin yang blak-blakan, humoris, dan periang. Bahkan, kisah mereka menyimpan begitu banyak kejutan, terutama seiring terkuaknya rahasia yang selama ini disimpan Yuke seorang diri. Pengakuan demi pengakuan menjawab beberapa tanya yang tersirat dalam benak penonton.

Kehidupan perkuliahan mahasiswa jurusan Peternakan dan Biologi sebagai latar sebagian besar cerita, dibumbui sedikit konflik dan kesalahpahaman membuat alur film semakin menarik disimak. Ekspresi dan tingkah laku yang ditunjukkan para aktor dan aktris berhasil menyalurkan emosi beragam kepada penonton: merasa ‘gemas’, bahagia, sedih, hingga kesal. Secara keseluruhan, usai menonton film ini, tak lagi ada tanya tersisa, seluruh rasa penasaran akhirnya terjawab. Penjiwaan para pemeran dikombinasikan dengan pengemasan kisah secara ringan meninggalkan kesan tersendiri bagi penonton.

Dari film ini aku belajar untuk fokus pada tujuan yang diimpikan, jeli melihat peluang yang tersedia, belajar membuat rencana realistis, serta berani melakukan ekseskusi dengan beberapa penyesuaian (adaptasi). Di sisi lain, kita harus berani menerima konsekuensi atas setiap langkah yang diambil. Tak hanya itu, kita tak boleh berdiam diri melihat suatu kejahatan atau penindasan, tak ada salahnya mencoba memperjuangkan hak orang lain atau kebenaran. Meski demikian, kita tetap harus berhati-hati dalam mengambil tindakan.

Selain itu, benih-benih cinta bisa tumbuh kapan saja dalam diri siapa pun tanpa pandang bulu. Rasa itu bisa hadir tiba-tiba, bahkan tanpa kita sadari dan ketahui alasan di baliknya. Tak jarang, kebanyakan orang tak dapat mendeteksi kapan rasa itu pertama kali singgah dalam hati. Hal ini bisa berkembang dan terasa ‘manis’ seiring berjalannya waktu, khususnya dengan semakin banyak interaksi yang terjalin. Pada pertengahan kisah, bisa jadi ada pihak ketiga yang muncul dan mendistraksi. Sikap kedua belah pihak menjadi kunci berlanjut atau runtuhnya kisah cinta itu.

Walaupun demikian, pada setiap waktu yang dilalui bersama, terkadang perasaan ‘menyenangkan’ itu semakin membesar dan tak lagi dapat dibendung. Meski berpura-pura tak mengetahui apa pun, menyanggah segala tanda yang muncul di depan mata, lama-kelamaan perasaan yang berusaha disembunyikan itu akan tersingkap ke permukaan. Di sisi lain, kejelasan melalui komunikasi sangat diperlukan di antara kedua insan demi mencegah kesalahpahaman.

--

--

Enyah Resah
Enyah Resah

Written by Enyah Resah

Tulis, tulis, tulis! Apapun, demi mengurai pikiran-pikiran yang tak jemu menghantui hari-hari sunyi.

No responses yet