Melebihi Jin Aladdin: 12 Cerita Glen Anggara
“Kuberi 3 permintaan karena kamu telah membantuku keluar dari lampu ajaib ini!” Ini merupakan dialog andalan sang jin biru yang ditemui Aladdin pada suatu kebetulan. Kamu mungkin tidak asing dengan kalimat ini. Namun, bagimana jika permintaan yang harus dikabulkan berjumlah empat kali lipatnya? Bagaimana jika masa berlaku permintaan tersebut terbatas dengan waktu yang tak diketahui kapan akan tiba? Inilah cerita Glen Anggara dengan perjalanannya mewujudkan 12 permintaan Shena — sang kakak kelas ketua OSIS super tegas dan cerdas.
Umumnya, selepas SMA, muda-mudi berbondong-bondong melanjutkan pendidikan ke tingkat berikutnya dengan berkuliah. Akan tetapi , sedikit berbeda dengan Glen yang memutuskan “beristirahat” sejenak. Hal ini membuat kesehariannya hanya diisi aktivitas monoton, seperti tidur, bangun, makan, bermain game, nongkrong bersama teman SMA, dan terus berulang demikian. Siklus yang terus berulang ini membuat sang ibu jengah. Ia tak pernah bosan menasihati Glen dan mendorongnya memulai kegiatan produktif.
Hingga akhirnya di sebuah cafe, ia kembali bertemu seorang kakak kelas SMA-nya yang sempat ia taksir, Shena namanya. Perjumpaan singkat itu menjadi cikal bakal bertransformasinya Glen dari semula hanyalah seorang anak muda yang hidup super mengalir bagaikan air menjadi pemuda dengan tekad tinggi fokus pada satu tujuan, perlahan-lahan menjadi pribadi yang mampu berdampak bagi sekitar dan lebih menghargai diri sendiri.
Singkat cerita, keduanya kini berpacaran. Aktivitas yang mereka lakukan tak lain berhubungan dengan 12 permintaan Shena. Permintaan ini tak jauh-jauh dari melakukan kegiatan pacaran sebagaimana muda-mudi pada umumnya, seperti makan bersama; melakukan kegiatan sosial; juga menemani Shena melakukan cuci darah. Ya, permintaan ini tak diajukan tanpa dasar. Beberapa waktu lalu, Glen tanpa sengaja menemukan catatan Shena yang mengungkapkan penyakit yang ia derita dan kepergiannya dari dunia yang dirasa semakin dekat. Merasa iba, Glen dengan tulus ingin mewujudkannya.
Di sisi lain, Glen memiliki dua orang sahabat dari SMA, yaitu Rian dan Iqbal. Rian merupakan sosok yang cenderung blak-blakan, berusaha menyampaikan apa yang terlintas dalam pikiran tanpa filter. Berbeda dengan Iqbal dengan kepribadian lebih tenang. Suatu ketika, Glen mengajak Shena berkunjung ke rumahnya, menghadiri sebuah pesta ulang tahun kucing peliharaannya. Di sanalah kali pertama Shena bertemu sahabat-sahabat Glen, termasuk pacar dari tiap sahabatnya.
Shena disambut dengan hangat oleh semuanya, kecuali Rian. Rian menatap Shena dengan sinis, menganggapnya sebagai benalu yang hanya ingin memanfaatkan kekayaan Glen dengan kedok penyakit. Mendengar hal tersebut, tentu Shena merasa sakit hati, tetapi ia tetap ingin melanjutkan acara karena baginya momen ulang tahun merupakan hal langka dan spesial. Hingga suatu ketika, sebelum permintaan Shena habis, ia meminta Glen menjauh, tentu saja Glen merasakan ada kejanggalan.
Tak merasa tenang, Glen pergi mencari Shena ke seluruh penjuru kota, ke tempat-tempat yang pernah mereka datangi. Namun, hasilnya nihil. Film ini dibawakan dengan begitu “manis” dan ringan, diselingi permasalahan dan keresahan yang sering dialami para remaja. Di sisi lain, cinta dan kasih sayang banyak ditunjukkan secara gamblang dalam film ini, baik cinta antara anak dan kedua orang tua, antara dua insan yang saling mengikat janji, pun dalam masyarakat.
Film ini mengajarkan kita agar mampu memanfaatkan dan menghargai setiap detik yang kita punya dengan melakukan kegiatan berarti, pun menyadarkan kita betapa pentingnya pengaruh seseorang dalam hidup. Tak ada yang tidak mungkin di dunia ini, tetapi tak menutup kemungkinan semesta telah merencanakan hal yang tak dapat dicegah oleh siapapun jua. Selain itu, kita pun harus lebih peka terhadap kondisi sekitar, mencoba peduli dan melakukan aksi-aksi kecil untuk menjadi pribadi yang lebih bermanfaat.
Tak hanya itu, setiap individu memiliki perspektif beragam. Keberagaman ini tak jarang menimbulkan konflik. Manusia cenderung menghadapi hal tersebut dengan lonjakan amarah. Seorang penengah dengan pembawaan tenang sangat dibutuhkan dalam kondisi ini. Dengan berusaha saling mengerti, pastilah ditemukan jalan tengah atas perselisihan tersebut. Mengucapkan kata ‘maaf’ bukanlah perkara mudah, tetapi dengan sebuah kata ajaib sederhana, bisa jadi hubungan yang mulai merenggang dapat kembali disatukan, bahkan lebih erat dari sebelumnya.