Menjelajah Pasar Balubur Town Square
Balubur Town Square yang kerap disingkat Baltos terletak tidak jauh dari kampus. Secara impulsif — diiringi niat rajin memasak, pada Rabu minggu lalu, aku iseng mengajak salah satu teman sekelasku mengunjungi pasar di Baltos untuk membeli sayur-mayur. Untungnya, ia sedang memiliki waktu luang dan juga ingin melakukan hal yang sama sehingga seusai kelas kami langsung menuju ke pasar melalui jalan tikus.
Di Bandung, jalan tikus merupakan alternatif terbaik bagi pejalan kaki untuk mempersingkat waktu memotong jalan. Karena lebarnya yang cenderung kecil (sempit), ketika ada 2 motor yang ingin melintas bersamaan, terpaksa salah satunya harus mengalah. Tak hanya motor, kami sebagai pejalan kaki pun perlu berjalan seperti kepiting, bahkan waktu itu kami masuk ke dalam sembarang warteg karena jalanan tak cukup ditempati 2 pemotor dan kami.
Sesampainya di sana, ternyata lalu lintas jauh lebih padat dibanding terakhir kali kami mengunjungi tempat tersebut. Hal ini membuat kami sedikit kesulitan menyeberang. Kendaraan-kendaraan besar yang melintas membuat kami cukup bimbang saat hendak mengambil langkah untuk menyeberang. Kabar baiknya, kami bisa menyeberang beberapa kali dengan selamat.
Hari itu, aku baru mengetahui ternyata di Baltos terdapat ATM Center sehingga kami tidak perlu kesulitan mencari tempat lain, misal Indomaret, untuk menarik uang — mengingat penjual di pasar rata-rata tidak menerima pembayaran secara cashless. Karena temanku lebih sering pergi ke Baltos, sedangkan kali itu barulah kali kedua aku pergi ke sana, secara tidak langsung ia menjadi pemandu pada perjalanan hari itu.
Saat memasuki kawasan sayur-mayur, kami tak langsung mengunjungi lapak spesifik, melainkan kami berkeliling untuk melihat-lihat terlebih dahulu produk-produk apa saja yang dijual di sana. Rupanya tak butuh waktu lama menjelajahi kawasan tersebut hingga temanku berceletuk “Lebih lengkap Pasar Sadang Serang, ya.”. Fun fact, beberapa bulan sebelumnya kami pernah berbelanja sayur-mayur bersama di Pasar Sadang Serang — dahulu, pasar ini terletak di tengah-tengah antara kosku dan kos temanku, tetapi kini kami telah pindah dari kos tersebut.
Harga barang-barang yang dijual terbilang murah, para penjual pun menyambut kami dengan ramah, serta tak ragu memberi sedikit insight terkait sayur yang ingin kami beli dan masak, seperti mengenai cara membersihkan, menyimpan, hingga mengolahnya. Bisa dibilang, pengalaman kami berbelanja sayur-masur di Baltos cukup baik dan menarik, ditambah dengan lingkungannya yang bersih, rapi, tidak berbau tidak sedap, dan tidak terlalu ‘padat’.
Dari sana, kami tidak langsung pulang karena aku perlu membeli kaus kaki, sekaligus mencari kios peralatan rumah tangga yang menjual pisau untuk temanku. Dalam perjalanan, kami tidak menghabiskan waktu dalam keheningan, melainkan mengiringi langkah dengan candaan dan sharing-sharing, khususnya seputar kehidupan perkuliahan dan perantauan masing-masing.
Terakhir, kami mengunjungi Indomaret yang letaknya tak begitu jauh dari sana, lagi-lagi melintasi lalu lintas yang begitu padat dengan suara klakson menghiasi. Usai mendapat semua kebutuhan yang ingin kami beli, kami menuju ke wilayah di dekat kos temanku melewati jalur yang sama persis. Temanku menungguku sebentar saat memesan ojek online.
Perjalanan ini tanpa sadar memakan waktu sekitar satu jam. Dengan cuaca yang sangat terik, meski menggunakan topi, aku tidak berani berjalan kaki dengan membawa telur. Aku takut terlalu ceroboh dan tanpa sengaja menjatuhkan telur tersebut. Bahkan, sesampainya di kos, ternyata ada 2–3 telur pecah.
Aku begitu bersyukur memiliki teman untuk berbelanja sayur-mayur bersama dan turut memotivasiku agar rajin memasak — hitung-hitung dapat menghemat pengeluaranku dibanding harus membeli lauk-pauk atau sayur-mayur matang di warteg. Selain itu, aku juga bersyukur karena letak kampusku bisa dibilang cukup strategis sehingga aku dan temanku bisa pergi ke pasar hanya dengan berjalan kaki, tepat sepulang kuliah.