Percobaan Pertama
Percobaan pertama hampir selalu terlihat menyeramkan. Rasa takut, gerogi, dan cemas beradu menjadi satu. Meski demikian, aku harus mengumpulkan keberanian utuh untuk menghadapi segala hal yang akan terjadi nantinya. Aku berusaha menjernihkan pikiran sebisaku.
Untuk mengatasi hal tersebut, aku berusaha menyiapkan diri semaksimal mungkin, pun menyiapkan alat-alat atau bahan yang diperlukan untuk dijadikan panduan. Sayangnya, aku tak bisa benar-benar fokus kepada hal tersebut karena ada hal lain yang tak kalah penting untuk diselesaikan.
Saat memulai, rasa takut itu masih bersemayam dalam diri. Seiring berjalannya waktu, perlahan rasa menyesakkan itu menjelma menjadi rasa nyaman. Aku mulai menikmati setiap proses dan detik yang berlalu. Rupanya, hal tersebut tidak seburuk dan semenyeramkan sebagaimana yang kubayangkan sebelumnya.
Sedihnya, aku melakukan kecerobohan. Padahal, aku sudah mewanti-wanti diri sendiri agar kecelakaan itu tidak terjadi. Namun, apa daya, semuanya sudah berlalu. Untungnya, dampak dari kejadian tersebut tidak begitu besar sehingga bisa dimaklumi dan rupanya direspons dengan cukup baik (tidak ada amarah yang dilontarkan).
Dari sini, meski belum bisa mengendalikan diri seutuhnya dari rasa nervous, aku bersyukur bisa menjalani hari itu dengan baik. Setidaknya, aku bisa menyelesaikan apa yang seharusnya kukerjakan, tidak meninggalkannya di tengah jalan.