Siksa Neraka: Ketika Bekal Tak Kunjung Disiapkan

Enyah Resah
3 min readMay 10, 2024

--

Poster ‘Siksa Neraka’, from Detik.com

“Kisah ini tentang kami yang tak punya cukup waktu.” Begitulah kalimat penutup film ini. Film adaptasi komik legendaris karya MB Rahimsyah AA dan Irsyadul Anam ini menampilkan visualisasi neraka yang begitu jelas, sebagaimana tercantum pada komik. Tayangan pada menit-menit awal pembuka film membuat penonton bernostalgia pada bacaan yang pada masanya membuat bulu kuduk berdiri, efektif menimbulkan rasa takut berbuat dosa bagi anak-anak.

Meski merupakan film adaptasi, menurutku film ini tidak begitu mengecewakan ekspektasi. Perbedaan alur cerita film dan komik tak membuat esensi film ini memudar. Di sisi lain, rasanya masih banyak misteri yang tersimpan di dalamnya, masih banyak ‘celah cerita’ yang seharusnya dapat disajikan kepada penonton, menyisakan rasa penasaran menggantung begitu saja. Bisa dibilang, alur cerita film terasa terlalu cepat, bahkan cenderung mudah ditebak.

Sesuai dugaan penonton setelah membaca judul film, film ini menyajikan beragam siksa neraka sebagai balasan atas perbuatan dosa di dunia. Mulai dari lidah dipotong, tubuh disetrika, dilemparkan ke api mendidih, dipaksa meminum lahar mendidih, diterkam binatang raksasa, dan masih banyak bentuk siksaan mengerikan lainnya. Tak hanya menampilkan siksaan demi siksaan, penonton pun diberi pemahaman alasan siksaan tersebut diberikan, tepatnya berupa perbuatan yang dilakukan hingga mendapat siksaan demikian pedihnya di neraka.

Tangkapan Layar Film ‘Siksa Neraka’: Sebuah Tulisan Penyemangat

Di samping itu, ada sebuah adegan yang membuat hatiku tersentuh, sebagaimana terlihat pada tangkapan layar di atas. Jika dibaca sepintas, tulisan tersebut mungkin terkesan biasa saja, sebatas kalimat sederhana yang dijadikan motivasi seorang siswa agar selalu giat belajar. Namun, dalam suasana yang berhasil terbangun saat menonton film, pesan tersirat di dalamnya memiliki makna begitu dalam, menimbulkan sebuah penyesalan dan menjadi tamparan bagi tokoh dalam film.

Dari film ini, aku belajar begitu banyak misteri terkubur yang mungkin tersimpan di balik branding baik pihak tertentu. Namun, perlahan, misteri tersebut akan terungkap seiring berjalannya waktu. Sebagaimana kutipan terkenal, don’t judge a book by its cover, kita tidak boleh memberi cap tertentu kepada seseorang. Bisa jadi hal itu akan berdampak pada suatu hal jauh lebih buruk dari apa yang mungkin pernah kita bayangkan sebelumnya. Atau, lebih buruk dari itu, tak menutup kemungkinan hal itu dapat menyeret kita kepada perbuatan dosa, menuntun kita ke tempat paling mengerikan: neraka.

Di sisi lain, hasil tak selamanya selaras dengan usaha. Hasil kurang memuaskan bukan menjadi cerminan kurangnya usaha. Selain itu, ada satu kutipan lain yang menurutku sangat menarik, kurang lebih seperti ini, “Orang bodoh bukanlah mereka yang mendapat skor rendah, melainkan mereka yang menggunakan akal pikirannya untuk keburukan.”. Hal ini membuatku tersadar betapa pentingnya mengoptimalkan akal pikiran yang telah Allah SWT. limpahkan kepada kita menuju kebaikan, demi mengejar rahmat dan karunia-Nya.

Terakhir, kita harus senantiasa terus mengingat Allah dalam setiap tindakan. Jangan sampai kita menganggap remeh suatu perbuatan yang ternyata dapat menyumbang bertambahnya dosa. Setiap perbuatan akan diberi balasan setimpal, pun dengan kebaikan, sekecil apapun itu, bisa jadi akan menjadi penyelamat kita di akhirat nanti. Di sisi lain, kita tak boleh berlarut pada kesenangan dunia. Kita harus selalu mengingat bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara, kita di sini harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya mencari bekal untuk kehidupan abadi kelak: di akhirat, jangan sampai kita tergolong sebagai manusia merugi, sebagaimana kutipan arti surat Al-’Asr yang dicantumkan pada akhir film, sebagai berikut.

Tangkapan Layar Film ‘Siksa Neraka’: Kutipan Arti Surat Al-Asr.

--

--

Enyah Resah
Enyah Resah

Written by Enyah Resah

Tulis, tulis, tulis! Apapun, demi mengurai pikiran-pikiran yang tak jemu menghantui hari-hari sunyi.

No responses yet