The Con-Heartist: Menipu Penipu, Siapa Tertipu?

Enyah Resah
3 min readMay 11, 2024

--

Poster ‘The Con-Heartist’, from IMDb

Tak ada satu pun orang di dunia ini senang ditipu. Sayangnya, penipuan dapat menimpa siapa pun, khususnya dalam kondisi kalut atau ‘tidak sadar’. Saat atau setelah ditipu, perasaan tidak nyaman hadir dalam diri seseorang, seperti marah. Bahkan, tak jarang beberapa di antara mereka turut merutuki diri sendiri yang dengan ‘polos’nya masuk dalam perangkap tipuan.

Hal ini akan terasa lebih menyedihkan apabila tipuan tersebut datang dari orang terdekat, orang tersayang, dari mereka yang telah diberi kepercayaan sepenuhnya dalam kurun waktu lama, sebagaimana kejadian naas yang menimpa Ina dalam film ‘The Con-Heartist’. Film Thailand berdurasi 128 menit yang rilis pada 2020 silam ini menceritakan Ina, seorang ex-banker, bekerja sama dengan seorang penipu andal bernama Tower untuk menipu mantan kekasihnya.

Usut punya usut, sang mantan rupanya menjebak Ina berutang pada bank dengan nominal cukup besar hingga ia harus menjadikan aset keluarganya sebagai jaminan. Kisah ini semakin runyam ketika sang mantan, Petch, memutuskan hubungan dengan Ina begitu saja tanpa kejelasan. Mau tidak mau, Ina harus menjalani 4 tahun hidupnya di bawah bayang-bayang utang.

Sesuai genre film ini (rommance-commedy), setiap adegan diselipi komedi yang memancing gelak tawa penonton. Sang sutradara begitu lihai meramu alur cerita sehingga mampu menghasilkan kisah ringan secara utuh yang mudah dipahami dan diikuti. Komedi yang disajikan tak hadir sebagai ‘perusak’ momen-momen penting. Sebaliknya, bumbu-bumbu komedi di dalamnya justru mampu mencairkan suasana dan membangun atmosfer mendukung dalam menonton film. Sebagai contoh, berikut potongan iconic film yang menunjukkan Ina yang tengah menangis sejadi-jadinya dengan pengemasan unik.

Potongan Film ‘The Con-Heartist’: Tangisan Ina

Di samping pengemasan cerita yang terkesan ‘nyeleneh’ pada beberapa adegan, terdapat pula kutipan bijak yang disampaikan tokoh di dalam film. Salah satunya kalimat yang disampaikan Tower pada potongan adegan berikut, “A player on the field can’t read the game”. Layaknya pemain pada sebuah permainan, umumnya mereka memerlukan pelatih sebagai pihak ‘eksternal’ yang tak langsung terjun dalam permainan. Akan tetapi, ia memiliki pandangan lebih luas terkait permainan tersebut sehingga ia mampu memberi saran-saran efektif kepada pemain.

Potongan Film ‘The Con-Heartist’: Kalimat Bijak Tower

Hal ini serupa dengan diri kita ketika sedang terjebak dalam situasi tertentu, misal jatuh cinta. Kata orang kebanyakan, ketika jatuh cinta, manusia seolah dibutakan dengan cinta, segala kekurangan sang pasangan seolah transparan, tak dapat dideteksi. Tak jauh berbeda dengan apa yang dialami Ina, ia ditipu dengan janji-janji manis Petch tanpa ia sadari. Kemudian, beberapa waktu setelah putus, ia baru menyadari betapa ‘bodoh’nya ia berhasil termakan rayuan ‘busuk’ sang (mantan) kekasih.

Dari film ini aku belajar agar lebih teliti dalam berbagai situasi, mengutamakan logika pada kondisi-kondisi khusus dan krusial, serta mempercayai intuisi. Di sisi lain, kita tidak boleh terus-menerus terjebak pada masa lalu, ada kalanya kita harus berani melawan demi memperjuangkan kebenaran. Selain itu, kebiasaan kurang baik yang tertanam sejak lama dalam diri seseorang tidaklah mustahil untuk diperbaiki asalkan seseorang tersebut telah membulatkan tekad berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

Tak hanya sampai di sana, kita tak bisa begitu saja memercayai orang asing, kita harus memiliki rencana cadangan, alangkah lebih baik apabila kita bisa memiliki pikiran visioner: berpikir selangkah/dua langkah ke depan dibanding pihak lain. Selain itu, sebagai sebuah tim, kita harus saling menaruh kepercayaan demi mencapai tingkat koordinasi optimal.

--

--

Enyah Resah
Enyah Resah

Written by Enyah Resah

Tulis, tulis, tulis! Apapun, demi mengurai pikiran-pikiran yang tak jemu menghantui hari-hari sunyi.

No responses yet